Wahai saudara-saudaraku
kaum muslimin yang dimuliakan Alloh...
Berbesar hatilah, karena
Alloh Azza wa Jalla berfirman:
“Dan Telah kami tetapkan
terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan
di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan)
pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami
yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung,
dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu
giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta
kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan
melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada
(kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam
penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS
al-Israa’ : 4-8)
Berkata Syaikhuna Salim bin ‘Ied al-Hilaly Hafizhahullahu wa
Nafa’allahu bihi mengenai ayat ini :
Pertama : Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani
Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau,
maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan
berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang dimaksudkan di dalam
Al-Qur’an ini merupakan puncak kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena itulah
Alloh mengirim kepada mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang
sangat pedih kepada mereka.
Kedua : Dalam sejarah tidak
disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka
terdahulu. Sedangkan ayat di atas menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan
giliran mengalahkan musuh-musuh yang telah menimpakan azab saat mereka berbuat
kerusakan yang pertama.
Alloh mengatakan : “Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan
mereka kembali.”
Ketiga : Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang
telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab
lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan
syarthiyah (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu.
Sekiranya kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang
digunakan adalah lamma bukan idza. Juga kata latufsidunna
(Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan), huruf laam dan
nuun berfungsi sebagai ta’kid (penegasan) pada masa
mendatang.
Keempat : Demikian pula firman Alloh : “dan Itulah ketetapan yang
pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang
terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah disebut janji kecuali untuk sesuatu
yang belum terlaksana.
Kelima : Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu
adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah Alloh
Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam ayat di atas :
“kami
datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang
besar”. Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang
yang beriman, bukan orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan kata
“kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan).
Sementara kehormatan dan kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang
beriman.
Keenam : Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat
aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar
langit). Sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki
bangunan-bangunan tersebut.
Kesimpulan : Hakikat dan analisa
ayat-ayat di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh
Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat al-Israa’ di atas.
Realita : Sekarang ini bangsa Yahudi memiliki daulah di Baitul Maqdis.
Mereka banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka membunuhi kaum wanita,
orang tua, anak-anak yang tidak mampu apa-apa dan tidak dapat melarikan diri.
Mereka membakar tempat isra’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam dan merobek-robek kitabullah. Mereka melakukan kejahatan di
mana-mana hingga mencapai puncaknya. Mereka menyebarkan kenistaan, kemaksiatan,
kehinaan, pertumpahan darah, pelecehan kehormatan kaum muslimin, penyiksaan dan
pelanggaran perjanjian.
Jadi, aksi pengerusakan yang kedua sedang berlangsung sekarang dan telah
mencapai titik klimaks dan telah mencapai puncaknya. Sebab tidak ada lagi aksi
pengerusakan yang lebih keji daripada yang berlangsung sekarang.
Adakah aksi yang lebih keji daripada membakar rumah Alloh?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih jahat daripada merobek-robek
kitabullah dan menginjak-injaknya?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih sadis daripada membunuhi anak-anak,
orang tua dan kaum wanita serta mematahkan tulang mereka dengan
bebatuan?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih besar daripada pernyataan perang
secara terang-terangan siang dan malam melawan Islam dan para juru
dakwahnya?
Sungguh demi Alloh, itu semua merupakan aksi pengerusakan yang tiada
tara!!!
Lalu
Alloh Azza wa Jalla melanjutkan firman-Nya : “dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.
Artinya, hamba-hamba Alloh kelak akan meruntuhkan apa saja yang dibangun
dan dikuasai oleh bangsa Yahudi. Mereka akan menggoyang benteng Yahudi dan
meluluhlantakkan serta meratakannya dengan tanah. Sebelumnya, tidak pernah
disaksikan bangunan-bangunan menjulang tinggi di tanah Palestina kecuali pada
masa kekuasaan Zionis sekarang ini. Gedung-gedung pencakar langit dan
rumah-rumah pemukiman dibangun di setiap jengkal tanah Palestina yang
diberkahi.
Kami
katakan kepada mereka : Dirikanlah terus wahai anak keturunan Zionis, tinggikan
bangunan sesukamu! Sesungguhnya kehancuran kalian di situ dengan izin Alloh. Dan
tak lama lagi kalian akan luluh lantah dan tertimpa bangunan kalian itu! Dan
Alloh takkan memungkiri janjinya : “dan Itulah ketetapan yang pasti
terlaksana”.
Penguasaan Masjidil Aqsha tidak disebutkan pada kali yang pertama dan
disebutkan pada kali yang kedua. Sebab penguasaan Masjidil Aqsha oleh kaum
muslimin akan berakhir. Kalaulah belum berakhir berarti penguasaan yang kedua
merupakan lanjutan dari yang pertama. Akan tetapi berhubung penguasaan Masjidil
Aqsha yang pertama akan berakhir, maka penguasaan untuk yang kedua kalinya
merupakan peristiwa baru. Dan itulah realita yang terjadi! Penguasaan pertama
telah berakhir sesudah bangsa Yahudi menguasai al-Quds serta beberapa
wilayah tanah Palestina lainnya dalam satu serangan yang sangat sporadis pada
tahun 1967, orang-orang menyebutnya tahun kekalahan. Sebelumnya pada tahun 1948
mereka sebut dengan tahun kemalangan.
Penguasaan yang pertama berakhir disebutkan karena adanya faktor
penghalang yang menghalangi kaum muslimin untuk menguasainya. Penghalang itu
merupakan musuh bagi Islam dan kaum muslimin. Dan cukuplah Yahudi sebagai musuh
bebuyutan yang sangat menentang Islam, kaum muslimin dan para pembela
Islam.
Maka kita harus
membebaskan tanah kita yang dirampas dan membuat perhitungan dengan mereka serta
menyalakan api kebencian terhadap mereka!!! Sudah tergambar pada wajah mereka
tanda-tanda kemalangan dan kehinaan. Kaum muslimin akan kembali menguasai
Masjidil Aqsha –insya Alloh- sebagaimana kaum salafus shalih menguasainya
pertama kali. Sebab kehancuran kedua yang telah dijanjikan oleh Alloh dalam
firman-Nya : “dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke
dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama”.
Kita
sedang menanti peristiwa itu sebagai kebenaran janji Alloh dan kebenaran
berita-berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Pada hari itu kaum
muslimin bergembira dengan pertolongan dari Alloh Azza wa Jalla.[3]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah mengabarkan bahwa
kaum muslimin akan berperang melawan bangsa Yahudi, beliau Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda :
“Tidak akan tiba hari kiamat sehingga kaum muslimin berperang melawan
Yahudi. Sampai-sampai apabila orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau
bebatuan, maka pohon dan batu itu akan berseru, ‘wahai Muslim, wahai hamba
Alloh, ini orang Yahudi ada bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia.’
Kecuali pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.”
(Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairoh radhiyallahu
‘anhu).
Diriwayatkan oleh Syaikhaini (Bukhari dan Muslim) dari Abdullah
bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda : “Kalian benar-benar akan membunuhi kaum
Yahudi, sampai-sampai mereka bersembunyi di balik batu, maka batu itupun
berkata, ‘wahai hamba Alloh, ini ada Yahudi di belakangku, bunuhlah
dia!’.”
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa :
Pertama : Akan datang masa sebelum datangnya hari kiamat bahwa kaum muslimin dan
bangsa Yahudi akan mengalami peperangan besar dan ini adalah suatu hal yang
pasti akan terjadi.
Kedua : Bangsa Yahudi akan dibantai oleh kaum muslimin, dan hal ini terjadinya
di bumi Palestina, dan saat itu seluruh pepohonan dan bebatuan yang dijadikan
tempat persembunyian bangsa Yahudi akan berseru memanggil kaum muslimin untuk
membunuh mereka, kecuali pohon Ghorqod.
Ketiga : Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan berada di tangan Islam dan kehinaan
akan meliputi bangsa Yahudi yang terlaknat dan terkutuk.
Keempat : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam
yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas,
dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda “latuqootilunna”
(Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi) yang disertai dengan
lam dan nun sebagai ta’kid (penegasan) akan kepastian hal ini.
Khithab (seruan) Nabi ini adalah kepada para sahabat, hal ini menunjukkan
secara sharih bahwa masa depan adalah milik Islam saja
–biidznillahi-, namun haruslah dengan metode para sahabat Nabi dan kaum
salaf yang shalih.
Kelima : Berkaitan dengan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairoh radhiyallahu ‘anhu di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Salam bersabda tentang seruan batu dan pohon : “Wahai muslim, wahai
hamba Alloh...” yang menunjukkan manhaj tarbawi (pendidikan)
ishlahi (pembenahan) yang ditegakkan di atas manifestasi tauhid dan
al-‘Ubudiyah (penghambaan) yang merupakan cara di dalam menegakkan
syariat Islam di muka bumi dan melanggengkan kehidupan
Islami berdasarkan manhaj nabawi.[4]
[*]. Disusun dari beberapa sumber oleh Abu Salma
al-Atsari.